e-SPI electronic working papers dan software integrasi fungsi audit internal berbasis risiko

Peran SPI semakin strategis seiring dengan semakin populernya paradigma baru audit internal. Menurut paradigma baru audit internal peran audit internal tidak terbatas pada memastikan keandalan data-data keuangan, tetapi perannya meluas untuk melakukan evaluasi kinerja, kepatuhan dan efektivitas manajemen risiko.

Konsekuensinya, ada banyak aspek yang harus diperhatikan oleh auditor intern. Padahal disisi lain sumberdaya audit intern terbatas. SDM yang ada di divisi audit internal jumlanya sedikit, seringkali kompetensinya belum sesuai sehingga pimpinan Satuan Audit Intern harus pintar-pintar mengatur strategi.

Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memberikan tools atau teknologi yang memadai. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi maka audit intern perlu memikirkan bagaimana menggunakan teknologi informasi untuk membantu pekerjaannya. Software e-SPI karya anak bangsa berikut ini perlu dipertimbangkan.

Screen Shot 2016-08-17 at 10.24.30 AM

e-SPI dikembangkan dari hasil-hasil riset audit yang menyebutkan bahwa implementasi audit berbasis risiko di banyak negara berkembang mengalami kesulitan karena beberapa faktor. Faktor yang pertama auditor belum sepenuhnya percaya bahwa dengan melakukan audit berbasis risiko maka laporan keuangan bisa bebas dari salah saji material. Sehingga di negara-negara berkembang yang terjadi adalah modifikasi atau penggabungan teknik audit berbasis transaksi / audit konvensional dengan pendekatan audit berbasis risiko. Skema penggabungan tersebut bisa dilihat di gambar diatas.

e-SPI akan dapat membantu auditor dalam menyarankan bentuk-bentuk pengujian substantif, analitis dan uji pengendalian yang harus diambil dalam suatu tingkat risiko tertentu. Kombinasi dari berbagai bentuk pengujian tersebut diharapkan akan dapat menurunkan tingkat resiko ke tingkat yang dapat diterima.

Screen Shot 2016-08-17 at 10.01.31 AM

e-SPI memiliki beberapa level akses pengguna yaitu Project Leader, Project Manager, Senior Auditor dan Junior Auditor. Lewat pengaturan peran tersebut diharapkan project-project audit bisa diselesaikan secara efisien.

Screen Shot 2016-08-17 at 10.01.43 AM

Menangani berbagai project audit bisa dilakukan dengan mudah dan remote / jarak jauh. e-SPI dibangun berbasis web sehingga bisa diakses dimana saja. Hal ini sangat cocok dengan kharakteristik pekerjaan audit yang sering membutuhkan pekerjaan di lapangan. Pimpinan di kantor dapat melihat kemajuan audit dengan mudah.

Screen Shot 2016-08-17 at 10.06.13 AM

Langkah-langkah audit dapat dipantau dengan mudah apakah sudah diselesaikan atau belum. Sekaligus ada bentuk pengendalian, kalau ada program audit yang belum selesai maka belum bisa lanjut ke langkah berikutnya.

Screen Shot 2016-08-17 at 10.06.33 AM

Tinggal memilih tingkat risiko di masing-masing alur maka otomatis e-SPI akan menyarankan program audit yang paling sesuai.

Screen Shot 2016-08-17 at 10.11.47 AM

Kertas kerja dibuat link dengan Working Trial Balance, sehingga apabila ada penyesuaian maka akan otomatis Working Trial Balance update.

Satu lagi fitur yang akan sangat membantu Auditor Internal adalah fitur Laporan Keuangan auditan otomatis bisa dihasilkan dengan e-SPI.

Screen Shot 2016-08-17 at 11.01.18 AM

Silahkan kalau mau berdiskusi bagaimana menggunakan e-SPI di instansi anda masing-masing bisa kontak rudy (at) syncore.co.id

 

 

 

Workshop Fraud dan Penyelesaian Sengketa di Yayasan

12508990_10206947954271144_4965551141347196168_n

Pohon Kecurangan tersebut diambil dari Corporate Fraud Handbook karangan Wells yang diterbitkan oleh Wiley. Co. Gambar tersebut menunjukkan ada banyak modul operandi dalam melakukan kecurangan dan masing-masing modus operandi tersebut ada pola untuk pencegahan dan deteksinya.

Kecurangan juga tidak lepas dari pengelolaan Yayasan. Kita banyak mendengar dalam berita terjadi sengketa di Yayasan, yang sebagian besar ‘ujung-ujungnya adalah duit’. Tentu sangat disayangkan Yayasan yang sudah besar dan bermanfaat bagi banyak orang akhirnya bubar hanya karena masalah keuangan. Banyak sekolah dan bahkan Universitas yang mahasiswanya terkatung-katung gara-gara Yayasannya bubar.

12573953_10206943024827911_1907076140509141686_n

Workshop Pencegahan dan Deteksi Fraud di Yayasan dan Penyelesaian Sengketa, akan membahas :

  1. Aspek Hukum dalam pengelolaan keuanan Yayasan
  2. Jenis-Jenis Fraud
  3. Pencegahan Fraud
  4. Deteksi Fraud
  5. Tindak Lanjut Temuan Fraud

12642756_10206943026387950_1799043137805565317_n

 

 

 

 

Workshop Risk Based Audit untuk BPR

???????????

BPR Nusamba adalah group bank perkreditan rakyat dibawah PT Sentra Harmoni. Saat ini mencakup 21 cabang yang tersebar dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Mataram. Untuk mendukung operasional dari cabang-cabang tersebut maka diperlukan sebuah divisi satuan audit internal (SAI) yang efektif.

Bank Indonesia telah mengeluarkan serangkaian aturan untuk implementasi manajemen resiko di bank umum. Untuk menggunakan kerangka itu di BPR masih diperlukan beberapa penyesuaian. Komponen dari suatu manajemen resiko terdiri dari penguatan sistem pengendalian internal (internal control), menggunakan analisa resiko dalam penentuan kecukupan modal dan penerapan risk based audit (audit berbasis resiko)

Kerangka Implementasi Manajemen Resiko menurut BI

Audit berbasis resiko memerlukan perubahan paradigma dari auditor internal. Sebelumnya auditor internal memposisikan dirinya seperti ‘polisi perusahaan’ yang fokusnya mencari-cari kesalahan. Hal ini tidak relevan lagi karena auditor internal juga dituntut untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Nilai tambah tersebut hanya bisa didapat apabila auditor internal tidak hanya berhenti mencari kesalahan, tetapi juga fokus mencari solusi. Ada tiga strategi umum yang harus dijalankan auditor internal untuk memberikan nilai tambah yaitu lewat:

  1. Perbaikan proses
  2. Penguatan pengendalian internal
  3. Mengawal penerapan manajemen resiko

Audit Matrix Risk Based Internal Audit

Kami telah mengembangkan kerangka risk based internal audit, yang bisa membantu manajemen BPR dalam mengidentifikasi resiko, mengelola resiko dan melaporkan resiko. Worskhop dua hari yang kami lakukan dengan BPR Nusamba, telah membuka wawasan, memberikan panduan step by step dalam menerapkan risk based audit dan memberikan contoh-contoh praktis bagaimana pendekatan risk based audit mengarahkan audit menjadi lebih efektif dan efisien, karena kita hanya fokus ke area-area yang beresiko tinggi.

Kerangka Risk Based Internal Audit

Apabila anda butuh workshop yang sama anda bisa kontak kami di sini.

Implementasi International Standards on Auditing (ISA) di Indonesia

10176035_10202616466386654_5470981025282467625_n

 

Institute Akuntan Publik Indonesia (IAPI) memutuskan untuk mengadopsi secara penuh International Standars on Auditing untuk menggantikan Standard Profesional Akuntan Publik (SPAP) mulai 1 January 2013.

Standar ini menuntuk perubahan cara berpikir, cara bertindak dan cara bersikap auditor. Secara umum ada 5 hal yang berbeda secara fundamental dibandingkan standar lama (Tuanakotta, 2012)

  1. Penekanan pada Audit Berbasis Resiko
  2. Perubahan dari Rules based ke Principle Based
  3. Berpaling dari model matematis
  4. Menekankan pada Kearifan Profesional (professional judgement)
  5. Melibatkan peran Those Charged With Governance (TCWG)

Ada beberapa konsekuensi dari penerapan International Standard on Auditing (ISA) tersebut

  1. Apakah auditor paska ISA bertanggungjawab untuk menemukan fraud dalam audit umum (general audit)?
  2. Bagaimana menerapkan ISA untuk audit klien-klien kecil ?
  3. Apakah ketidaktahuan dari auditor untuk menerapkan ISA bisa dianggap sebagai Negligence /keteledoran profesional dan berdampak hukum paska penerbitan UU Akuntan Publik?
  4. Bagaiamana kita harus mengajarkan auditing ke mahasiswa paska ISA? karena standar berubah dari rule based ke principle based?
  5. Apakah benar ISA akan meningkatkan kualitas pelaporan keuangan?

 

Download powerpoin seminar Implikasi ISA dalam Praktik Audit di Indonesia di bawah ini. Powerpoint tersebut disajikan dalam seminar Dampak Implementasi ISA di Indonesia yang dilaksanakan di STIE Widya Wiwaha Yogyakarta tanggal 24 April 2014.

ISA – Implementasi ISA di INDONESIA Rudy Suryanto

Tugas Audit Kontemporer Kompetensi #1

 

Kompetensi 1 di Audit Kontemporer adalah Berpikir Kritis. Mengapa? Karena banyak terjadi gagal audit karena auditor hanya sekedar ‘menjalankan prosedur’, tidak mendalami akar permasalahan.

Salah satu cara mengasah kemampuan berpikir kritis adalh dengan bertanya, bertanya dan bertanya.

Kembangkan pertanyaan dari kasus dibawah ini. Ada beberapa informasi yang akan ditambahkan nantinya. Buat kelompok maksimal 3 orang, dan buat strategi dalam anda bertanya supaya anda bisa mengungkap atau mendapatkan informasi-informasi yang ada perlukan dalam audit.

 

Saya akan menjadi bapak Utomo dua minggu lagi.

 

Kalau masih ada pertanyaan silahkan posting di comment.

 

#1 MINICASE UTOMO KOMPUTER – RUDY SURYANTO

Materi Pengauditan 2 – Rudy Suryanto Semester Gasal 2013-2014

Rekan mahasiswa

 

Pengauditan 2 adalah kelanjutan dari Pengauditan 1. Mata kuliah ini memberikan pemahaman kepada anda mengenai audit berbasis proses. Proses audit secara umum bisa dibagi menjadi 4 tahap yaitu

1. Penerimaan klien

2. Perencanaan

3. Pekerjaan lapangan

4. Penyelesaian dan Pelaporan

Untuk materia 1 dan 2 telah disampaikan di Pengauditan 1 sedang Materi 3 dan 4 disampaikan dalam Pengauditan 2. Pada prakteknya orang akan belajar di Pekerjaan Lapangan terlebih dahulu, baru kemudian perencanaan dan penyelesaian audit. Hal tersebut sesuai dengan job desc Junior Audito, Senior Auditor, Manager dan Partner.

Berikut ini akan kami sampaikan materi-materi yang disampaikan dalam Audit 2. Buku Pegangan Mata Kuliah ini adalah Jasa Audit dan Assuranace Pendekatan Terpadu (adaptasi Indonesia) karangan Elder , Beasley, Arens dan Abadi Jusuf. Sebagai pelengkap digunakan juga untuk materi dari Buku Audit Berbasis ISA karangan dari Theodorus Tuannakota.

Silahkan menyimak dan masukan atau pertanyaan bisa diajukan ke komentar di blog ini.

 

PB I ADOPSI ISA

PB II Pemeriksaan Siklus Pendapatan dan Penagihan

PB III AUDIT ATAS SALDO KAS

PB IV ALUR PENGADAAN DAN PEMBAYARAN

PB V PENYELESAIAN & PELAPORAN AUDIT

Audit Berbasis Resiko – sesuai dengan International Standards on Auditing !

Audit Berbasis Resiko atau Risk Based Audit (RBA) merupakan pendekatan audit yang berkembang pesat sejak tahun 2000an. Pendekatan ini saat ini mendapatkan perhatian yang luas dan dianggap sebagai pendekatan yang paling efektif karena terbukti paling cocok diterapkan untuk kondisi lingkungan bisnis yang selalu berubah-ubah seperti sekarang ini. Indonesia telah meratifikasi ketentuan untuk menerapkan International Standards on Auditing (ISA) mulai awal tahun 2013. ISA sepenuhnya mengadopsi pendekatan Audit Berbasis Resiko, sehingga saat ini penerapan Audit Berbasis Resiko bagi auditor di Indonesia menjadi hal wajib (mandatory)

Mengapa memakai pendekatan berbasis resiko?

Saya selalu mencontohkan Nokia dan Blackberry. Apa yang salah dari dua perusahaan tersebut? Apakah mereka penjualaanya kecil? Apakah tata kelola mereka tidak baik? Apakah mereka memiliki SDM yang tidak berkualitas? Jawaban terhadap semua pertanyaan tersebut tentu saja adalah TIDAK. Tetapi mengapa mereka BANGKRUT. Karena mereka terlambat merespon para pesaing dan perkembangan lingkungan, dan ini terjadi sangat cepat. Pada tahun 2008 nilai pasar Blackberry adalah 84 Milyar dollar dan tahun 2013 atau lima tahun kemudian tinggal 4 Milyar dollar. Apabila anda menjadi auditor bagi Nokia dan Blackberry, opini apa yang akan anda berikan?

Artinya auditor sekarang dituntut tidak hanya memberikan keyakinan memadai terkait kewajaran laporan keuangan, tetapi juga memberikan penilaian terhadap keberlanjutan (going concern) perusahaan untuk paling tidak setahun kedepan. Pendekatan lama auditor yang hanya berbasis transaksi ataupun siklus saat ini dipandang tidak cukup untuk memberikan tingkat keyakinan memadai terhadap kewajaran laporang keuangan.

Sebagai contoh, ketika persaingan semakin ketat dan situasi ekonomi sedang krisis, disisi lain manajemen dituntut untuk terus meningkatkan performa maka dorongan untuk terjadinya kecurangan keuangan menjadi sangat besar. Sehingga resiko  yang harus ditanggung auditor untuk terjadinya salah memberikan opini juga meningkat. Sehingga auditor perlu melakukan modifikasi-modifikasi terkait strategi audit maupun prosedur-prosedur yang dijalankan sehingga bisa meminimalisir terjadinya salah pemberian opini tersebut.

Apa itu audit berbasis resiko?

Audit berbasis resiko lebih berupa perubahan pola pandang dari pada sebuah teknik. Memakai kacamata audit berbasis resiko auditor harus menilai kemampuan manajemen dalam mengukur resiko, merespon resiko dan melaporkan resiko. Apabila manajemen memiliki kemampuan yang cukup dalam mengukur, merespon dan melaporkan resiko dalam suatu area atau proses, maka resiko bawaan bisa diturunkan. Artinya auditor tidak harus meningkatkan tingkat ketelitian, menambah prosedur atau menambahkan waktu analisa. Sebaliknya kalau manajemen resiko klien buruk, maka auditor harus meningkatkan keteliatian, menambah prosedur dan menambahkan waktu analisa. Sehingga bobot atau score resiko di masing-masing area atau proses tersebut bisa dijadikan sebagai salah satu dasar untuk penentuan prioritas audit oleh auditor.

Penentuan prioritas berdasarkan analisa resiko ini dianggap paling tepat dalam upaya mengalokasikan waktu dan staff auditor yang terbatas. Audit menggunakan sampling, dan selama ini metodologi audit mengatur bagaimana pengambilan sampling yang paling efektif dan efisien. Efektif dalam arti sample yang diambil tersebut haruslah mampu mewakili populasi yang akan diperiksa.

Bagaimana pelaksanaan audit berbasis resiko?

Selanjutnya akan kita bahas satu persatu mengenai bagaimana penerapa audit berbasis resiko ini dalam Category Audit dan Tag RBA. !